Welcome Guest !!
twitter facebook rss

,

Analisa Film G30S/PKI ala Arifin C Noer


Poster Film G30S/PKI

Sepanjang hidup saya hanya ada dua film  yang paling saya suka, Forrest Gump dan G 30 S/PKI ala Arifin C Noer.  Forrest Gump saya suka karena kedalaman makna filosofinya dalam  persoalan bakti kepada negara. ‘Orang yang tulus berbakti pada negara  tanpa imbal balik apapun hanya bisa dilakukan oleh orang dungu’  sementara dalam film G 30 S/PKI yang paling saya suka sinematika-nya, inilah film terbaik sejarah yang saya pernah tonton bila dilihat dari sisi  filmis-nya. Mulai dari pemeran-pemerannya yang sangat natural, mirip,  penempatan dan setting dalam memulai narasi. Nah persoalan narasi ini setelah dewasa saya baru memahami bahwa memang  film ini adalah film yang tidak jujur, tapi pengarah film ini sangat  baik dalam mengelola jalan cerita termasuk unsur pemaknaan yang ada  dalam film tersebut. Ada beberapa hal yang saya catat dalam film ini  yang kemudian menggiring bahwa G 30 S/PKI adalah sebuah peristiwa  kekejaman yang ’seakan-akan terjadi hanya disebabkan dari “Pihak Sana”  bukan sebagai rangkaian cerita dialektis saling mempengaruhi antara  “Pihak Sana” dan “Pihak Sini”. Narasi itu tergambar sebagai berikut :

1. Penggambaran Bung Karno sakit keras :
Sukarno adalah pribadi yang hidup,  jiwanya bergelora tapi dalam film itu ia digambarkan sedang sakit keras, semangat hidupnya nyaris tak ada. Di dalam cerita ini pemeran Bung  Karno, Umar Khayam kerjanya hanya di tempat tidur atau berjalan seperti  orang bingung. Bahkan adegan pertama dimulai dengan penggambaran  sakitnya Bung Karno.
Pesan dari tampilnya Bung Karno yang  sakit ini adalah “Raja Sedang Sakit” dalam negara yang demokrasinya  gagal, sakitnya raja akan selalu melahirkan suasana kalut, takut, dan  mencekam karena akan terjadi bayangan perang suksesi. Disini yang siap  dalam perang suksesi adalah PKI yang selalu digambarkan rapat terus  menerus. Padahal di masa terjadinya Penculikan Untung sebelum dan  sesudah Bung Karno dalam kondisi bugar, ia bagai banteng ketaton jadi  penggambaran Bung Karno di dalam ranjang yang kusam adalah sebuah pesan  sesuai dengan jalan cerita yang diinginkan oleh pembuat film dan  penyokong fim itu.

2. Setelah adanya tampilan raja sakit itu,
kemudian digambarkan dua sisi  masyarakat, satu kelompok kelas menengah yang isinya seorang laki-laki  pensiunan bicara terus menerus dengan isteri dan anaknya yang sedang  latihan drumband dengan mengetuk-ngetukkan meja. Dan penggambaran kedua  adalah orang Miskin, gelandangan yang baru tiba di Jakarta. Pesan dari  film ini adalah masyarakat terdidik resah dengan kondisi negara yang  kacau balau sementara rakyat gelandangan ada dimana-mana. Kontras  semakin bisu setelah penggambaran Istana Sukarno dengan tampilan  gelandangan, secara tersembunyi film itu ingin mengesankan bahwa Sukarno yang hidup bagai raja, sementara rakyatnya tidur di pinggir jalan dan  kelaparan. Padahal realitasnya di jaman itu Sukarno begitu dielu-elukan  rakyatnya, walaupun rakyatnya miskin tapi jiwa rakyat masih mendukung  Bung Karno sebagai pemimpin mereka, bahkan di saat itu Bung Karno  berdiri di pihak rakyat jelata berhadap-hadapan vis a vis dengan  kelompok elite yang secara status quo menolak revolusi Bung Karno yang  mengganggu kenyamanan mereka.

3. Rapat-rapat PKI dan asap rokok terus menerus.
Digambarkan dalam rangkaian sebelum  kejadian penculikan rapat-rapat PKI terjadi, dan asap mengepul  dimana-mana. Pesan dari adegan ini adalah seluruh gerakan dari semua  proses dialektis politik seakan-akan terjadi karena PKI, PKI dianggap  sebagai pusat penyadaran dari aktivitas Pra Penculikan para Jenderal.  Padahal sebelum terjadinya gerakan Untung, kegiatan intelijen tidak  hanya dilakukan PKI, bahkan PKI sendiri masih bagian kecil dari gerakan  itu. Gerakan intel ada yang dari kelompok Bandrio melalui BPI, gerakan  Angkatan Darat lewat segala macam move politiknya, gerakan Partai-Partai Politik baik yang sudah disortir macam PSI lewat Gemsos-nya dan  pelarian di luar negeri yang membangun jaringan politik internasional,  Masyumi yang habis gara-gara PRRI kemudian digantikan posisinya oleh NU, HMI yang bertahan dari ancaman DN Aidit untuk dibubarkan, Gerakan  Ganjang Malaysia yang lagi seru-serunya, Sosialisasi Angkatan Ke V yang  ditolak Yani, Gerakan diam-diam Nasution yang juga menggunakan agen  intel bernama Oejeng Suwargana (banyak diceritakan baik oleh Rosihan  Anwar ataupun AM Hanafi), Ditemukannya rekaman rencana Dewan Djenderal  oleh beberapa orang Partai yang memuat nama S Parman, dipersiapkan  sebagai Jaksa Agung dan banyak lagi selentingan-selentingan yang memang  wajar di masa semuanya bersiap dalam pertarungan politik di masa  revolusi Sukarno. Tapi yang jelas PKI bukanlah satu-satunya pusat dari  pertarungan itu.

4. DN Aidit dan asap rokok.
Digambarkan DN Aidit sebagai seorang  perokok, padahal yang perokok bukanlah DN Aidit tapi pemeran DN Aidit  dalam film itu : Syu’bah Asa. Hanya saja sebagai penguatan karakter  orang yang sedang membangun rencana maka asap rokok diperlukan untuk  menjadi sebuah arahan bagaimana orang sedang berpikir keras untuk  membangun rencana jahatnya sesuai dengan keinginan pembuat film. Dalam  peran antagonis di film ini, rokok menjadi salah satu blocking yang  menarik.

5. Hadirnya Suharto yang tiba-tiba.
Dalam film itu setelah penculikan Untung Suharto ada secara tiba-tiba. Di awal-awal sebelum penculikan  seakan-akan Suharto tidak ada dan tidak berperanan. Film ini ingin  memesankan : Suharto tidak tahu menahu soal perencanaan dan tidak  bermain di prolog Gestapu dan film ini berakhir dalam adegan penggalian  lobang buaya dan ditambahi suara rekaman AH Nasution. Film ini hanya  menekankan pada aksi penculikan, makanya setelah film G 30 S/PKI  sebenarnya ada film lanjutan judulnya ‘Supersemar’ tapi entah kenapa  film lanjutan itu tidak jadi dipertunjukkan, oleh sebab memang  penyimpangan Suharto yang paling utama terjadi setelah pasca penculikan  seperti penafsiran masalah Supersemar. Padahal dalam kejadian sebenarnya Suharto juga berperanan dalam prolog kejadian Untung seperti : Suharto  memerintahkan dengan mengeluarkan radiogram no. T 220/9 pada tanggal 15  September 1965 dan radiogram lanjutan T 230/9 Yon 530 Brawijaya dan Yon  454 ‘Banteng Raiders’ Diponegoro untuk datang ke Jakarta dengan  kelengkapan penuh. Sementara pada tanggal 29 September 1965 Suharto  melakukan inspeksi ke Pasukan tersebut. Dua Batalyon yang datang inilah  yang kemudian terlibat dalam peristiwa penculikan Untung. Selain Resimen Cakrabirawa yang juga digunakan oleh Letnan Kolonel Untung untuk  melakukan pekerjaan gilanya. Jadi hadirnya Suharto dalam peristiwa G 30  S/PKI bukanlah tiba-tiba apalagi pada tahun 1978 pada Pledoi Kolonel  Latif dinyatakan Suharto dua kali dilapori oleh Latif tentang rencana  operasi Latif ini dan Suharto sudah mendapatkan kabar, tapi ini sama  sekali tidak pernah ada adegan dalam film itu.

6. Film ini tidak secara jelas siapa yang memerintahkan membunuh para Jenderal itu. Artinya film G 30 S/PKI yang sangat indah dalam filmis dan wajib tonton  lebih menekankan pada histeria massa. Ketakutan-ketakutan yang  ditimbulkan seperti peristiwa penginjakan Al Qur’an dan segala macam  bentuk kemuraman yang mengelilinginya. Film itu berakhir dengan  datangnya fajar dimana gelandangan tadi melihat Jakarta yang cerah  seakan-akan hadir sebuah jaman baru.
Dari sisi filmis inilah film sejarah terbaik sepanjang masa karena mampu  menyodorkan semua pesan dari pembuat film kepada massa. Hanya saja  dikemudian waktu manusia Indonesia semakin cerdas tapi sebagai rujukan  membuat film sejarah maka film inilah yang harus kita perhatikan sebagai referensi penting.
-Anton DH Nugrahanto-. 


Share |

0 comments

Readers Comments

Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan blog Gorontalo Life. Admin berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Shopping Cart

Total Items:
SubTotal:
Tax Cost:
Shipping Cost:
Final Total:

Terbaru

Sponsored By

Featured Video

Our Sponsors

Our Sponsors

Visit Gorontalo Info and Guide