Internasional,
Siapa Lebih Berbahaya Bagi AS, Peretas Iran atau Cina? Part 2
Posted by Unknown
Published on 31 May 2013
Peretas yang langsung dibekingi pemerintah Iran telah menunjukkan
kemampuan menghancurkan informasi vital dan memiliki ketertarikan untuk
merusak sistem komputer As. Mereka tidak sekadar meretas untuk mencuri
data.
Menurut Wall Street Journal, dalam gerakan terkini, para peretas terkait Iran, membobol sistem komputer untuk mencuri informasi tentang bagaimana perusahaan energi AS menjalankan operasinya, setelah itu mereka menanamkan program untuk menganggu atau menghancurkan mereka di masa depan."
Pejabat AS juga menuding peretas Iran atas penghapusan data di ribuan perangkat keras milik Saudi Aramco, perusahaan minyak terbesar di dunia pada Agustus 2012.
Ketika menyoal sabot menyabot sistem komputer AS, Cina dan Iran dinilai memiliki tujuan berbeda. Budaya peretasan Cina bermula pada 1990-an yang digerakan oleh grup bawah tanah tersohor bernama, "Green Army". Saat itu sasaran utama mereka adalah situs-situs luar negeri.
Saat ini bukti-bukti mengarah pada pemerintah Cina dibalik operasi peretasan, baik didukung Tentara Pembebasan Rakyat Cina dan badan-badan intelijen, dilakukan untuk memata-matai AS dan kontraktor rekanan dalam proyek-proyek militer dan pertahanan negara.
Pada 2006, Menteri Perdagangan AS harus membuang ratusan komputer gara-gara disusupi spyware oleh peretas yang bekerja lewat server-server Cina.
Lalu pada 009, sebuah jaringan aksi spion siber masif Cina dengan sandi "GhostNet" berhasil menembus sistem komputer kantor-kantor kedutaan besar, organisasi nonpemerintah dan media di 103 negara.
Pakar siber dan penasihat kontraterorisme era Bill Clinton dan George W.Bush, Richard Clarke, mengestimasi bahwa spionase industri Cina terhadap perusahaan-perusahaan AS telah menyebabkan kerugian miliaran dolar, termasuk penghasilan sektor pajak yang dibelanjakan untuk mengembangkan senjata baru.
"Peretasan Cina adalah isu kompetitif jangka panjang," ujar Bejtlich. "Tetap tak bisa ditoleransi. Kami ingin mereka menghentikan aktivitas tersebut, namun Cina tak akan semudah itu mematikan operasi, meski juga tak akan tiba-tiba mematikan jaringan listrik," ungkapnya.
Lewis memiliki istilah sendiri. "Cina adalah kekuatan yang bertanggung jawab," ujarnya. "Risiko mereka akan meluncurkan serangan siber sesungguhnya--yang berarti berniat buruk mematikan seluruh sistem jaringan komputer AS--mungkin nol selama tak ada konflik bersenjata antara dua negara."
Menurut Wall Street Journal, dalam gerakan terkini, para peretas terkait Iran, membobol sistem komputer untuk mencuri informasi tentang bagaimana perusahaan energi AS menjalankan operasinya, setelah itu mereka menanamkan program untuk menganggu atau menghancurkan mereka di masa depan."
Pejabat AS juga menuding peretas Iran atas penghapusan data di ribuan perangkat keras milik Saudi Aramco, perusahaan minyak terbesar di dunia pada Agustus 2012.
Ketika menyoal sabot menyabot sistem komputer AS, Cina dan Iran dinilai memiliki tujuan berbeda. Budaya peretasan Cina bermula pada 1990-an yang digerakan oleh grup bawah tanah tersohor bernama, "Green Army". Saat itu sasaran utama mereka adalah situs-situs luar negeri.
Saat ini bukti-bukti mengarah pada pemerintah Cina dibalik operasi peretasan, baik didukung Tentara Pembebasan Rakyat Cina dan badan-badan intelijen, dilakukan untuk memata-matai AS dan kontraktor rekanan dalam proyek-proyek militer dan pertahanan negara.
Pada 2006, Menteri Perdagangan AS harus membuang ratusan komputer gara-gara disusupi spyware oleh peretas yang bekerja lewat server-server Cina.
Lalu pada 009, sebuah jaringan aksi spion siber masif Cina dengan sandi "GhostNet" berhasil menembus sistem komputer kantor-kantor kedutaan besar, organisasi nonpemerintah dan media di 103 negara.
Pakar siber dan penasihat kontraterorisme era Bill Clinton dan George W.Bush, Richard Clarke, mengestimasi bahwa spionase industri Cina terhadap perusahaan-perusahaan AS telah menyebabkan kerugian miliaran dolar, termasuk penghasilan sektor pajak yang dibelanjakan untuk mengembangkan senjata baru.
"Peretasan Cina adalah isu kompetitif jangka panjang," ujar Bejtlich. "Tetap tak bisa ditoleransi. Kami ingin mereka menghentikan aktivitas tersebut, namun Cina tak akan semudah itu mematikan operasi, meski juga tak akan tiba-tiba mematikan jaringan listrik," ungkapnya.
Lewis memiliki istilah sendiri. "Cina adalah kekuatan yang bertanggung jawab," ujarnya. "Risiko mereka akan meluncurkan serangan siber sesungguhnya--yang berarti berniat buruk mematikan seluruh sistem jaringan komputer AS--mungkin nol selama tak ada konflik bersenjata antara dua negara."
ARTIKEL TERKAIT
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan click disini, atau berlangganan gratis via Email, Terima kasih.
0 comments
Readers Comments
Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan blog Gorontalo Life. Admin berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.